Harusnya sekarang aku ada di sampingmu. Mendukungmu, mengingatkan hal - hal kecil yang menggemaskan, atau hanya sekedar duduk diam menemanimu. Harusnya aku. Bukan dia. Sampai sekarang aku masih merasa menyesal ketika kuingat keputusanku untuk menolakmu. Menolak perhatianmu dan menolak kehadiranmu di hidupku. Kenapa aku begitu bodoh? Mengabaikan orang yang benar- benar menyayangiku.
Sekarang, setelah sekian lama, saaat aku sudah benar - benar melupakanmu. Kenapa kau muncul lagi di pikiranku? Kenapa sekarang aku merindukan perhatianmu yang dulu ku sia - siakan? Kenapa aku ingin memilikimu yang dulu kuabaikan? Kenapa aku merasa sangat menyesal? Harus ku akui bahwa sekarang aku sedang berjuang untuk tidak meneteskan air mata saat melihatmu bahagia bersama dia. Dia yang tidak menyia - nyiakan mu. Dia yang bahagia karena dirimu. Dia yang, ah sudahlah. Aku benci bagian ini. Apakah aku tergolong orang yang jahat jika aku berharap hubunganmu dengannya berakhir dan kau kembali padaku? Jika aku muncul di hadapanmu dan mengatakan penyesalanku karena aku mengabaikanmu, apa kau akan merentangkan tanganmu dan memelukku erat? Atau justru kau akan mengabaikanku seperti apa yang ku lakukan dulu?
Aku tidak akan siap dan tidak akan pernah siap jika kau mengabaikanku. Maka dari itu aku terus bersembunyi dan hanya melihatmu dari kejauhan. Kumohon, berilah tanda jika kau masih mengharapkanku. Agar aku juga tak ragu untuk keluar dari persembunyianku. Agar aku yakin untuk berlari dan merengkuhmu ke dalam pelukanku.
Just FYI, tulisan ini terinspirasi dari cerita cinta salah seorang sahabat. Terimakasih el untuk inspirasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar